kepercayaan anda adalah nyawa kami

kepercayaan anda adalah nyawa kami

Minggu, 01 Desember 2013

telah terjual jaket pesanan hanggara septian 200 pcs

jenis jaket : nike press boddy
ukuran 50 L 30 XL 20 M
BAHAN : DIADORA NIKE
JENIS JAHITAN : STANDAR DISTRO
WAKTU PENGERJAAN : 3 MINGGU
PEMESANAN TANGGAL : 20 NOPEMBER -14 DESEMBER 2013

JENIS PEMBAYARAN :UANG MUKA 50 PERSEN CASH 50 PERSEN GIRO 1 BULAN
HARGA SATUAN : 300.000
HARGA BORONGAN: 200.000

JENIS DESAIN : DEADTH ANGEL KNIGHT SNIPER
SPACE TEXT : SATRIA RACING CLUB
LETAK SABLON : PUNGGUNG
DESAIN: LIMITED EDITION

STATUS : SEDANG DIPROSES

INFO :
SEKERTARIAT : JL CIJERAH PERUMNAS 2 BLOK 17 GG BUNGUR 8 NO 66 CIMAHI SELATAN KOTA CIMAHI- JAWA BARAT
081222299295

CATATAN : DESAIN SEPENUHNYA MILIK PEMESAN PIHAK KAMI TIDAK BERHAK MEMPRODUKSI ULANG

ONGKOS KIRIM DITANGGUNG PIHAK PRODUSEN








Rabu, 20 November 2013

FUNGSI SERAGAM

Efek Psikologis

Mengenakan seragam kerja itu sudah bukan lagi dominasi pegawai negeri, sipil atau ABRI. Sekarang pegawai swasta pun bertambah banyak yang mengenakannya. Ada yang mau mengenakannya sejak dari rumah. Tapi, tidak sedikit yang memasukkannya di tas kerja dulu, lalu memakainya di toilet sebelum masuk kantor.
Pemikiran untuk mewajibkan seragam kerja biasanya muncul dari berbagai  alasan. Ada yang pragmatis saja, katakanlah sebagai penanda identitas personal. Karena perusahaan sudah susah menghafal orang satu persatu, maka salah satu cara untuk mengetahuinya dengan seragam.
Atau diwajibkan dengan alasan untuk identitas profesi dan institusi, misalnya para jurnalis yang ditugaskan kantornya untuk sebuah peliputan. Mereka butuh identitas. Lebih-lebih jika tugasnya di kawasan yang tingkat kegawatannya tinggi. Seragam dinilai penting untuk membedakan identitas profesi, institusi, dan eksistensi.
Mungkin juga untuk lebih cepat membangun trust pihak lain. Misalnya, Kita bisa lebih mudah percaya terhadap orang yang datang ke rumah dengan memakai seragam petugas keamanan atau pegawai departemen.
Bagi perusahaan yang kurang memiliki kepentingan langsung terhadap pentingnya menunjukkan identitas dan trust kepada pihak luar, seragam kerja juga dipakai untuk penanda job title di tingkat internal. Misalnya ada perusahaan yang membedakan seragam kerja untuk staff, supervisor, dan manajer.
Terlepas apapun alasan perusahaan, tetapi pada umumnya ada efek psikologis tertentu yang dirasakan oleh karyawan dengan aturan penggunaan seragam. Seragam itu bisa membuat orang lebih percaya diri, bisa juga sebaliknya. Bisa membuat orang merasa bangga dengan statusnya, tetapi juga bisa sebaliknya.
Karena itu, sebelum seragam kita wajibkan, perlu dipikirkan secara seksama terutama terkait dengan sejauh mana seragam kerja itu nantinya memberi kontribusi terhadap keutuhan identitas korps / kesatuan, kepuasan kerja, peningkatan kinerja dan kepentingan perusahaan terhadap pihak luar yang terkait. Jangan sampai malah membuat orang minder atau merasa superior.

Ekspresi Budaya

Jika melihat acuan manajemen pada umumnya, tujuan seragam itu bukan untuk gagah-gagahan atau keren-kerenan, tetapi untuk mempersatukan berbagai karakter dan kepribadian individu dalam formula kolektif pada waktu dan kondisi  tertentu.  Dengan kata lain, seragam kerja itu harus menjadi sarana menciptakan budaya kerja yang dianut oleh organisasi /perusahaan. Semua perusahaan memiliki budaya. Bedanya, ada yang kuat dan ada yang lemah. Budaya kuat adalah perilaku kolektif yang sudah mencerminkan nilai-nilai, paradigma berpikir, pelajaran dari pengalaman, atau standar kualitas operasi organisasi.  
Sedangkan budaya lemah adalah budaya yang tidak sinkron sama sekali atau setengah-setengahnya saja. Nilai-nilai perusahaan hanya dicetak di seragam, kop surat, atau tertulis di tembok, tapi perilaku operasinya bertentangan. Fungsi seragam di sini hanya sekedar fashion atau bisa-bisa malah memperkuat lahirnya group think yang negative.

Tiga Lapisan Kultur Organisasi

Membangun budaya organisasi itu mudah. Tapi, untuk membangun budaya yang kuat (sinkron dengan nilai, paradigma, standar, dll), pasti tak satu pun yang berani bilang itu mudah. Lebih-lebih jika cakupannya (coverage area) luas, good willnya lemah, apalagi jika political will-nya tidak jelas. Ini mungkin malah bisa dibilang mustahil.
Karena itu, apapun yang bisa kita jadikan sebagai tool untuk membangun budaya yang kuat, perlu kita pakai, termasuk seragam kerja. Memang, kalau melihat hasil kajiannya Edgard Schein (Organization Leadership and Culture: 1992), tentang budaya kerja, kapasitas seragam dalam kaitannya dengan budaya itu masih sangat cetek, alias baru di permukaan.
Schein membagi kultur perusahaan menjadi tiga lapisan. Ada yang ia sebut dengan istilah:
1) Artifacts,
2) Espoused Values, dan
3) Basic Assumption and Value.
Seragam termasuk Artifact atau lambang dari kultur perusahaan yang belum tentu merefleksikan kultur perusahaan itu.

Belum tentu orang yang pakai seragam misalnya, salah satu BUMN, departemen pemerintah, bank swasta, atau institusi pendidikan tertentu, menjalankan nilai-nilai yang dianut. Meski demikian, secara kasat mata, kita berharap melihat orang yang memakai seragam itu sedikit-banyaknya mewakili standar budaya insitusi tersebut. Minimalnya, asumsi kita tidak salah total.
Sedangkan untuk Espoused Values adalah budaya yang dibentuk dari nilai-nilai, strategi, atau filosofi organisasi, namun tahapannya masih di hafalan, peraturan, atau baru mulai ditransfer melalui usaha-usaha yang sadar dan terencana. Misalnya pegawai bank yang dipaksa oleh peraturan perusahaan harus senyum kepada customer untuk menunjukkan budaya keramahan.
Level kultur yang paling tinggi adalah ketika nilai-nilai, filosofi, strategi, atau berbagai kode organisasi itu sudah menjadi seperti udara yang kita pakai untuk bernafas. Orang menjalankan nilai-nilai, keyakinan, dan standar organisasi secara reflek, sudah membudaya, tak merasa seperti diatur, sudah menjadi Basic Assumption and Value.

fungsi seragam kerja

Kalau melihat gambar di atas, seragam kerja itu bisa kita pakai sebagai jalan / jembatan menuju Espoused Values, dapat melalui peraturan atau perumusan standar operasi (SOP) atau melalui makna di balik lambangnya. Jika kita terus lakukan enforcement secara human, misalnya melalui pembinaan, pengarahan, gesekan, pelatihan, dan lain-lain, pasti lama kelamaan akan menjadi Basic Assumption.
Atau juga bisa sebaliknya. Seragam kerja dapat kita jadikan sebagai alat untuk mempertegas budaya organisasi yang sudah melekat namun belum ternyatakan melalui rumusan atau lambang. Banyak perusahaan atau lembaga yang dulu mempraktekkan nilai-nilainya, tapi nilai-nilai itu belum ditemukan rumusnya, lambangnya atau kata-katanya.

Membutuhkan Tiga Sosok

Walaupun dalam konsepnya kita bisa membuat penjelasan yang sangat linier bahwa seragam kerja itu bisa kita jadikan jalan untuk menanamkan nilai-nilai organisasi, lalu kemudian menjadi Basic Assumption, dan seterusnya, tetapi dalam prakteknya, linieritasnya itu bisa jadi hilang.

Ini karena ketika kita mempraktekkan kegiataan penanaman nilai, filosofi atau strategi, hampir bisa dipastikan jalannya berliku-liku atau penuh aral dan rintangan. Karena itu, untuk konteks organisasi, Ian Marshall dan Zohar (Spiritual Capital: 2004) mensyaratkan kehadiran tiga sosok yang bisa diharapkan mampu berperan mentransformasikan nilai menjadi aksi lalu menjadi budaya.
Sosok yang pertama adalah KSATRIA. Jumlah yang ideal adalah 10% dari total populasi organisasi. Tapi, kalau tidak ada, 2.5% pun bisa. Ksatria adalah sosok yang mengabdi pada nilai, perumus perubahan paradigma, sang idealis sejati. Mungkin bisa pemilik atau pengelola yang dikasih wewenang penuh oleh pemilik.
Ksatria saja tidak cukup. Tidak ada idealisme yang bekerja sendiri. Kalau ksatria yang langsung turun, bisa-bisa malah bikin bingung banyak orang, karena idenya susah dikongkritkan. Karena itu, organisasi butuh sosok Master. Jumlah master ini harus lebih banyak dari kesatria, minimalnya 10%.
MASTER adalah orang yang ahli di bidangnya, para professional, para ahli yang sanggup mengkongkritkan ide-ide master dengan pengalaman, pengetahuan, dan kewenangannya. Master yang baik adalah master yang tetap membuka diri terhadap masukan kesatria. Kalau masternya bekerja sendiri-sendiri atau bertentangan dengan kesatria, mungkin nilai-nilainya sulit diwujudkan.
Tentu, budaya organisasi tak bisa terbentuk jika yang bekerja hanya ksatria dan master. Dibutuhkan sejumlah pengikut atau TENAGA OPERASI yang kualifikasinya adalah: mereka yang sebetulnya masih mau dan mampu berkembang jika dibimbing dan dibina. Jumlah idealnya adalah 80% dari total populasi.
Yang namanya organisasi, pasti komposisinya terdiri dari berbagai rupa kualitas, sehingga tidak mungkin semua akan nurut, patuh, setuju, dsb, pasti ada yang punya sikap berbeda. Ada orang yang sangat butuh untuk dimajukan, ada juga yang sulit diajak maju.
Tapi, jumlahnya jangan terlalu banyak. Maksimum sekitar 5%. Jika sampai 80% jumlahnya atau mayoritas, maka lumpuhlah kehebatan kesatria dan master. Banyak pembesar departemen, BUMN atau pejabat pemerintah yang sebetulnya seorang kesatria atau master yang bagus. Tapi karena tak didukung oleh 80% follower dan supporter yang baik, mereka akhirnya lumpuh, biasa-biasa aja, tunduk pada aturan main.

Esensinya Adalah Budaya

Seringkali, ketika perusahaan menganggarkan baju seragam, pemikiran untuk menjadikannya sebagai saluran memperkuat budaya organisasi menjadi sangat minim atau tidak muncul secara kuat. Yang sering diributkan malah budget-nya, kualitas kain atau warnanya. Padahal,  budaya itulah esensinya.

Semoga bermanfaat.

JENIS KAIN

Macam-macam jenis kain


Kain Katun ( Cotton )

Kain katun ( Cotton ) adalah jenis kain rajut ( knitting ) yang berbahan dasar serat kapas, terdapat jenis kain yang mirip dengan kain katun yaitu kain PE. Cara mudah membedakannya adalah apabila kain katun dibakar maka baunya seperti kertas atau kayu dibakar dan akan menjadi abu.

Keunggulan :

    - Tidak kisut atau kusut apabila di cuci
    - Tidak luntur untuk bahan berwarna
    - Mudah di sablon
    - Menyerap keringat
    - Tidak berbulu

Katun Kombed ( Combed Cotton )

Adalah jenis kain katun yang di produksi dengan finishing disisir ( Combed ) dengan tujuan agar serat-serat kapas halus dapat dipisahkan sehingga kain yang dihasilkan lebih halus dan tidak berbulu. Kain Katun Kombed tersedia dalam dua ukuran yaitu 20's dan 30's.
     - Katun Kombed 20's adalah kain katun kombed yang terbuat dari benang yang berukuran 20's
     - Katun Kombed 30's adalah kain katun kombed yang terbuat dari benang yang berukuran 30's
Kain katun kombed 20's lebih tebal dari pada 30's. Sehingga kain katun 30's lebih lemes daripada kain katun 20's.

Katun Karded

Bebeda dengan kain katun kombed, kain katun karded tidak disisir pada proses finishing pembuatannya. Oleh karena itu masih terdapat serat-serat kapas halus yang tersisa. Tetapi meskipun begitu kain katun karded memiliki keunggulan harga yang lebih murah dibandingkan kain katun kombed.

Kain Lacoste

Kain Lacoste adalah kain jenis bahan yang biasa digunakan untuk membuat kaos POLO/kerah/ Wangki.

Kain Pike

Sama seperti kain Lacoste/adidas, kain Pike juga bisa digunakan untuk membuat kaos POLO/Kerah/Wangki. Sama seperti pada kain Lacoste/adidas untuk membuat kaos kerah tersebut biasannya digunakan kerah jadi.
Kerah Jadi adalah bahan kerah yang sudah jadi diproduksi oleh pabrik dan tinggal jahit. Kerah bikin adalah kerah yang dibuat sendiri oleh tukan jahit dengan menggunakan bahan yang sama dengan bahan kaos ( Katun Kombed dan Kardet ) dengan menambahkan kain keras di dalamnya.

Kain PE

Kain PE ( Poly Ester ) adalah kain yang tingkatnya berada di bawah katun, bahan dasarnya adalah benang polyester. Sama dengan katun, PE juga tersedia dalam bentuk bahan kaos oblong, lacoste/adidas, maupun pike.
Untuk kain kaos yang berbahan PE bentuk dan teksturnya hampir mirip dengan kain kaos yang berbahan dasar katun ( Cotton ). Cara mudah membedakannya adalah mirip kain PE apabila dibakar maka baunya seperti plastik dibakar, jalan apinya cepat dan akan menjadi arang.

Keunggulan :

    Murah

Kelemahan :

    - Pada beberapa jenis PE untuk bahan kaos, kain ini rawan kisut apabila dicuci dan mudah luntur.
    - Pada jenis PE untuk bahan Sweater, biasanya suka berbulu sesudah beberapa kali dicuci.

Light Weight Wools

Di kepala anda, kain wol mungkin langsung identik dengan bahan yang berat, untuk Light Weight Wools, sesuai dengan namanya kain wol ini tergolong ringan dan bisa dipadukan dengan apa saja. jatuhnya dibadan pun enak dilihat. Kelebihannya kain ini agak "bandel" alias tahan banting ( awet ).

Akrilit

Bahan untuk membuat kemeja. biasanya dikombinasikan dengan rompi bebahan Light Weight Wools.

Cashmere

Bahan ini tergolong mewah, dengan kualitas prima, jangan heran bila embel-embel price tagnya pun tergolong menguras kantong. Dipadukan dengan rok yang elegan ataupun dengan jeans saja, Cashmere tetap terlihat mewah dan mahal. Semakin sering di cuci, bahan ini akan semakin halus, tetapi perhatikan dulu, tidak sembarang cuci karena mencucinya pun dilakukan dengan shampo.

Lycra

Lycra biasannya dipadukan dengan bahan pakaian lainya, karen kandungannya hanya beberapa persen saja. Tapi bahan pakaian yang terbuat dari unsur lycra akan lebih tahan lama kerapihannya karena sifat lycra yang lentur kaya plastic.

Leather & Suede

Pasti keduanya sudah sangat familiar di telinga anda, bukan tidak mungkin, mulai dari celana, tas, sampai sepatu anda pun terbuat dari bahan tersebut. Dua-duanya sebenarnya sama-sama terbuat dari kulit. hanya saja, Leather dibuat dari kulit luar, sementara Suede dibuat dari bagian kulit dalam. Cari yang halus dan tidak kaku. Untuk dua bahan ini, anda akan memerlukan teknik perawatan khusus untuk membersihkannya.
Untuk Leather, pilih yang tidak mengkilap untuk kesan mahal dan elegan. mengkilap malahan berkesan murahan.

Paragon

Jenis kain ini yang halus seperti kapas. Umumnya digunakan bahan pembuatan Baju Basket. Kualitas IBL Indonesia

D'Tree

Kain berpori penyerap keringat. biasannya digunakan untuk bahan baju basket.

Baby Tray

Jensi kain yang bersifat tebal dan halus serta tidak berbulu. Bagian dalamnya lembut seperti selimut. Biasanya digunakan untuk bahan Jumper/Sweeter.

Aston

Bahan agak licin dan biasanya digunakan dalam pembuatan Jas

Kanvas

Bahan yang tebal dan kasar. Cocok untuk anak muda. Bahan pembuatan jaket, jaket dengan bahan ini sangat tahan lama.

Semoga bermanfaat.

BAHAN KAOS

Mungkin belum banyak di antara kita yang belum mengetahui jenis kain atau jenis bahan kaos, meskipun hampir setiap hari kita memakainya. Bagi yang sudah mengetahui jenis-jenis bahan kaos pun, sering kali sulit membedakan bahan kaos polos antara satu dengan yang lainnya.
Semoga saja sekilas informasi tentang jenis-jenis bahan kaos yang beredar di pasaran ini -sedikit banyak- dapat membantu meningkatkan pengetahuan anda, sehingga dapat lebih selektif dalam memilih / beli kaos polos, baik untuk dipakai sendiri maupun untuk kepentingan bisnis.
Berdasarkan bahan dasar pembuatanya, bahan kaos polos yang terdapat di pasaran ada beberapa macam. Jenis bahan kaos yang umum ditemukan adalah Cotton Combed, Cotton Carded, CVC, TC, PE, Hyget.

Jenis bahan kaos diatas umumnya digunakan untuk kaos polos. Untuk kaos berkerah atau kaos polo ( polo shirt), biasanya digunakan bahan cotton pique atau lacoste. Sedangkan untuk jaket, jumper, atau hoodie, biasanya digunakan bahan fleece atau terry.

Jika anda mengutamakan kenyamanan dalam berpakaian, pastikan bahwa kaos yang anda pakai menggunakan bahan 100% Cotton Combed. Perlu diketahui bahwa masing-masing pabrik bahan / pembuat kaos menghasilkan kualitas kaos yang berbeda, dikarenakan perbedaan kualitas bahan baku kapas, perbedaan proses produksi dan quality control, serta perbedaan proses washing serta finishingnya. Oleh karena itu, bahan cotton combed dari pabrik 1, bisa saja sedikit berbeda kualitas dan teksturnya dengan pabrik 2, demikian pula produk bahan kaos yang dijual di toko kain A bisa jadi berbeda dengan toko kain B.
Bahan kaos polos (100% cotton) adalah bahan kaos yang 100 % terbuat dari serat kapas alam.

Jenis Bahan Kaos Polos

1. 100% COTTON COMBED

Serat benang lebih halus. Hasil rajutan dan penampilan bahan lebih halus dan rata. Berdasarkan jenis benang yang digunakan serta setting gramasi (gr/m2) di mesin rajutnya, bahan cotton combedmemiliki beberapa jenis: 20s, 24s, 30s, 40s. Semakin besar angkanya, semakin halus dan tipis bahannya, dan semakin mahal harganya. Untuk kaos distro umumnya memakai jenis 20 s dan 30s, sedangkan untuk jenis lainnya, biasanya dipakai juga untuk item dengan desain tertentu, seperti kaos khusus cewek atau pakaian dalam, menyesuaikan karakter bahannya.

2. 100% COTTON CARDED

Seperti halnya bahan cotton combedbahan cotton carded memiliki beberapa jenis: 20s, 24s, dll, berdasarkan jenis benang yang digunakan serta setting gramasi (gr/m2) di mesin rajutnya. Hanya saja serat benang yang digunakan dalam bahan cotton carded ini kurang halus. Hasil rajutan dan penampilan bahan kurang halus dan kurang rata. Umumnya bahan cotton carded ini digunakan untuk kaos-kaos dengan target pasar kelas menengah, karena harganya relatif lebih murah dibandingkan cotton combed, memiliki tekstur kurang halus namun tetap nyaman dipakai karena terbuat dari 100% serat kapas alam.

3. CVC ( COTTON VISCOSE)

Jenis bahan CVC (Cotton Viscose) adalah campuran dari 55% Cotton Combed dan 45% Viscose. Kelebihan dari bahan ini adalah tingkat shrinkage-nya (susut pola) lebih kecil dari bahan Cotton. Sama halnya dengan bahan sablon kaos yang lainnya jenis bahan ini juga bersifat menyerap keringat.

4. TC (TETERON COTTON)

Jenis bahan TC (Teteron Cotton) adalah campuran dari 35% Cotton Combed dan 65% Polyester (Teteron). Dibandingkan dengan bahan kaos katun (Cotton), bahan Teteron Cotton kurang bisa menyerap keringat dan agak panas di badan. Kelebihan dari jenis bahan Teteron Cotton lebih tahan ’shrinkage’ (tidak susut atau melar) meskipun sudah dicuci berkali-kali. Harganya pun relatif lebih murah dari bahan-bahan kaos yang lain.

5. POLYESTER atau PE

Jenis bahan Polyester atau PE terbuat dari serat sintetis atau buatan dari hasil minyak bumi kemudian dibuat untuk bahan sablon kaos berupa serat fiber poly. Karena sifat bahan dasarnya, maka jenis bahan ini tidak bisa menyerap keringat dan panas jika dipakai.

6. HYGET

Jenis bahanHyget juga terbuat dari plastik, namun lebih tipis. Banyak digunakan untuk keperluan kampanye partai karena harganya yang sangat murah.
Seperti yang kita ketahui, bahan dasar dari semua pakaian adalah benang. Untuk suatu benang menjadi kain kaos, harus melalui proses dirajut atau knitting. Baik jenis benang maupun tipe rajutan pada kain kaos berbeda-beda.
- See more at: http://polos.co.id/post/4/6+jenis+bahan+kaos+polos+yang+sering+digunakan#sthash.ejmuurTM.dpuf

MEMELIHARA BAHAN KAIN

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, maka perkembangan bahan tekstilpun semakin pesat sesuai dengan kebutuhan para konsumen. Bahan tekstil untuk busana tersebut berasal dari bermacam-macam serat.
1. Jenis-jenis serat
Pada dasarnya serat tekstil berasal dari tiga unsur utama, yaitu serat yang berasal dari alam(tumbuh-tumbuhan dan hewan), serat buatan(sintetis) dan galian (asbes, logam).
a. Serat alam yang berasal dari tumbuh-tumbuhan antara lain: kapas, lenan, rayon, nenas, pisang. Serat alam yang berasal dari hewan yakni: dari bulu beri-beri, adapun bahan yang berasal dari serat tersebut adalah bahan wol.sedangkan serat dari ulat sutra menghasilkan bahan tekstil sutra
b. Serat buatan (termoplastik) bahan tekstil yang berasal dari serat buatan ini adalah berupa Dacron, polyester, nylon.
c. Serat galian
Serat galian adalah yang berasal dari dalam tanah.contoh asbes dan logam, benang logam.bahan asbes banyak digunakan untuk sumbu kompor minyak tanah, untuk mengisi aneka bunga yang berasal dari bermacam-macam bahan tekstil seperti: stoking, nylon, tula dan bahan rajutan.
Serat logam lebih banyak digunakan untuk membuat bermacammacam jenis benang, seperti, benang emas, benang perak, tembaga, aluminium, selain itu ada pula benang logam yang dilapisi dengan plastik.
Apabila benang logam tersebut akan di tenun, sebaiknya di gabung dengan benang dari bahan lain. Hal ini disebabkan benang logam tersebut memiliki sifat kaku dan sukar dipelihara.
Benang logam ini banyak ditemukan pada bahan tekstil seperti:borkat, lame, tenunan songket yang ditemukan diseluruh daerah Indonesia antara lain: songket pandai sikek, songket silungkang, songket kubang, songket palembang, songket Kalimantan, songket jambi dll.
2. Sifat bahan tekstil
Untuk dapat melakukan pemeliharan bahan tekstil (bahan busana) dengan tepat dan benar, terlebih dahulu harus diketahui sifat-sifat dari bahan tersebut:
a. Katun
Sifat-sifat bahan katun adalah bersifat hidroskopis atau menyerap air, mudah kusut, kenyal, dalam keadaan basah kekutannya bertambah lebih kurang 25%, dapat disetrika dalam temperatur panas yang tinggi, katun lenan tersebut mengandung lilin, oleh sebab itu tidak perlu dikanji. Katun lenan ini tidak tahan chloor. Sementara rayon lebih licin dan mengkilap, tidak menghisap debu dan kotoran, karna kotoran itu melekat hanya pada permukaan bahan saja. Sedangkan sintetis sifatnya tidak jauh berbeda dengan katun lainnya
b. wol
Bahan wol memiliki sifat sangat kenyal hingga tidak mudah kusut, bila wol dipanaskan ia akan menjadi lunak karena kenyalnya berkurang. Wol mengikat, panas, karena serabut wol keriting. Udara dalam pori-pori wol bertahan, bila dipakai dapat mengantarkan panas, wol tidak tahan akan nyengat.
c.Sutera
Bahan sutera memiliki sifat lembut, licin dan berkilap, kenyal dan kuat. Dalam keadaan basah sutera berkurang kekuatannya 15%. Bahan sutera tahan ngenyat, banyak menghisap air dan bila dipergunakan memberi rasa sejuk.
d. Dacron, polyester dan nylon
Bahan tekstil ini apabila dicuci cepat menjadi kering, tidak kusut jadi tidak perlu di setrika, kuat dan tahan lama dipergunakan, lebih tahan panas.
e. Brokat, lame dan songket
Bahan tekstil / busana yang berasal dari brokat, lame dan songket ini mudah berubah warna, tidak mudah kusut, kurang menyerap air, tidak tahan temperatur setrika yang tinggi.

CARA MENGUKUR BAJU

Ada dua cara mudah mengukur badan untuk membuat baju atasan atau dress panjang.
1. Dengan mengukur badan langsung.
2. Mengukur baju yang sudah jadi yang pas di badanAbaya Putri Nawa
Biasanya kita menggunakan satuan centimeter (cm)
1. Cara Mengukur Badan langsung.
Lebih mudah, kita minta bantuan teman untuk mengukur badan kita. Menggunakan meteran fleksibel seperti yang biasa dipakai penjahit. Jika hanya ada penggaris, kita bisa menggunakan tali dan panjangnya diukur dengan penggaris atau meteran biasa.
a. Lingkar Dada
___Meteran kita lingkarkan sekeliling badan melalui buah dada diukur pas lalu + 4cm
b. Lebar Punggung / Pundak
___Diukur dari batas tengah kerung lengan kiri sampai kanan
c. Lingkar Pinggang
___Diukur sekeliling pinggang +2cm
d. Lebar Bahu
___Diukur dari lekuk leher sampai pada ujung bahu
e. Lingkar Kerung Lengan
___Diukur sekeliling kerung lengan dari bawah ketiak lalu diselakan atau dimasukkan dua jari
f. Panjang Lengan Pendek
___Diukur dari ujung bahu sampai siku untuk lengan pedek, sampai panjang yang dikehendaki untuk lengan panjang.
g. Panjang baju
___Diukur dari ujung bahu/pundak sampai panjang baju yang dikehendaki
2. Mengukur Baju
Untuk lebih mudah mengukur sendiri, paling mudah menggunakan baju kita yang sudah ada yang paling pas di badan kita.
Coba salah satu baju yang paling nyaman dipakai, dilepas, lalu di gelar di lantai.
Siapkan meteran, atau dengan penggaris biasa juga bisa, jika menggunakan cara ini.
a. PUNDAK. ukur dari ujung pundak ke ujung pundak satunya. Jika dikehendaki lingkar leher tertentu (tidak standar), tambahkan panjang dari sambungan jahitan di krah sampai ujung pundak.
b. PANJANG TANGAN. ukur panjang tangan, dari ujung pundak, sampai panjang yang dikehendaki (bisa ditambah atau dikurangi dari contoh bajunya)
c. LEBAR DADA. lebar dada diukur pas sambungan dibawah ketiak
diukur lebarnya saja, (dikalikan dua juga bisa untuk mengetahui lingkarnya.
d. LEBAR PINGGANG. jika di bagian pinggang ukurannya beda, diukur juga. Akan lebih kecil dari dada untuk yang langsing.
Jika perutnya besar, lebih besar dari panggul atau dada, maka dibuat sama antara lebar pinggang dengan lebar dada atau pinggul.
e. LEBAR PANGGUL. ukur lebar bagian panggul, atau lebar ujung baju model atasan (blus, kemeja, dll)
f. PANJANG BAJU. Panjang baju diukur dari sambungan jahitan di krah (leher) atau bagian pundak, sampai panjang yang dikehendaki, bisa pas, dikurangi, atau ditambah.
g. Bagian lain yang perlu diukur jika diinginkan adalah lebar tangan. Diukur pada ujung tangan, dan jika diinginkan beda dari standar, pangkal lengan juga bisa diberi ukuran.